Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Semua Guru Bisa Mengajar Tetapi Belum Tentu Semua Guru Bisa Mendidik, Wawancara Melalui Facebook

Supardi: Semua guru bisa mengajar tetapi belum tentu semua guru bisa mendidik, wawancara melalui face book.
Supardi,S. Pd
Tugas guru adalah mengajar dan mendidik. “Semua guru bisa mengajar, tetapi belum tentu semua guru bisa mendidik”, katanya mengawali perbincangan kami saat itu. Namanya Supardi, alumni PBSID, FKIP UNCEN tahun 2008.

Dia meyakini bahwa mendidik yang paling tepat untuk saat ini ialah mengajar melalui contoh; kata Guru Bahasa Indonesia di SMK Pertanian Koya Barat ini melalui sosial media facebook.    

Supardi: Semua guru bisa mengajar tetapi belum tentu semua guru bisa mendidik, wawancara melalui face book.
Keyakinan yang demikian rupanya diwariskan dari keluarga. Pola asuh yang ia peroleh dalam keluarga terus ia pertahankan hingga kini.

Masa Kuliah: Kampus Biru PBSID UNCEN Langkah Awal Sang Guru.

Semasa kuliah ia dikenal sebagai pribadi yang rapi, dispilin, dan percaya diri.

Supardi: Semua guru bisa mengajar tetapi belum tentu semua guru bisa mendidik, wawancara melalui face book.
PBSID Uncen 05
Bicara tentang kerapian, sejauh yang penulis ingat (kebetulan satu angkatan) beliau tidak pernah mengeluarkan baju dari celana bahan yang dikenakannya. Rapi dan bersahaja menjadi ciri yang membedakan dia dari rekan – rekannya semasa kuliah.

Dalam berbagai kesempatan tak jarang candaan khas anak kampus kami layangkan kepadanya, “ bo..o..o’ pace rapi sampe”.

Dialek Papua yang menjadi sindiran kami saat itu, dijawabnya dengan santai; “ba..h, kam orang guru to”.

Jawaban berkelas dari guru yang penuh percaya diri itu.

Keyakinan yang teguh dan pola hidupnya yang nyentrik terjawab, saat wawancara yang penulis lakukan dengan beliau melalui facebook.

Penulis: Kawan masih rapi seperti dulu kah?

Supardi : Menurut kawan bagaimana?

Penulis : Kesibukan dan tugas yang menumpuk sepertinya kawan sudah tidak serapi dulu.

Supardi : Kalau memang seperti itu tanggapan kawan, maka mohon maaf, kita harus kuliah ulang mata kuliah profesi guru.

Penulis : Hehehe, ai kawan,

Supardi : Kawan masih ingat kata – kata ibu Aleda (dosen profesi guru); guru itu diguguh dan ditiru. Bagaimana kalau guru suruh anak – anak rapi semantara gurunya tidak rapi.

Penulis : Bo’o..o kawan, selesai, padam limit, kawan punya jawaban super sekali.

Benar kata guru muda ini, tugas guru tidaklah mudah. Dia bukan saja mengajar, tetapi juga mendidik. Mendidik pada hakekatnya mengubah pola hidup yang kurang baik menjadi lebih baik.

Proses ini tidaklah mudah untuk seorang pendidik. Namun melalui contoh dan tindakan nyata yang sulit menjadi mudah. Seorang Supardi guru dari Timur Indonesia telah membuktikannya.

Dunia Kerja : Guru Era Baru Harus Tahu Teknologi

Supardi: Semua guru bisa mengajar tetapi belum tentu semua guru bisa mendidik, wawancara melalui face book.
Supardi dan kemampuan IT
Menjadi guru di era yang baru tidak mudah karena generasi yang dihadapi ialah kid zaman now. Generasi gadjet yang menganggap teknologi adalah kebenaran umum.

Bagaimana putra Dayak Kalimantan ini menyikapinya, simak petikan wawancara saya dengan beliau berikut ini:

Penulis : “Pace” sapaan khas Papua kepada laki – laki dewasa. “sa dengar katanya ko’e su jadi proktor dan merangkap teknisi UNBK?. (“saya mendengar, katanya kamu sudah menjadi….), dialek Papua.

Supardi : “bah  sapa yang bilang”

Penulis      : Uci

Supardi : “Oh”, ia kawan, kebetulan dipercaya.

Penulis : Luar biasa kawan, tetapi kawan belajar IT dari mana?

Supardi : Kawan tinggal di Jakarta dan bertanya seperti itu, hehhe (tertawa). Sekarang ini semua sudah ada di internet, tinggal orangnya saja mau belajar atau tidak?

Penulis : Wah luar biasa kawan. Kira – kira apa yang memotivasi kawan untuk belajar tentang teknologi?

Supardi : Kawan, kita sekrang hidup di era yang baru, zamannya teknologi. Murid – murid kita setiap hari menggunakan teknologi, jadi kalau kita mengajar puluhan tahun tetapi menggunakan cara – cara lama puluhan kali, maka kegiatan belajar dan mengajar akan sangat tidak menarik.

“Mari kita jadikan teknologi sebagai media belajar karena peserta didik yang kita hadapi adalah generasi Z yang sangat akrab dengan teknologi”. Jelasnya lebih lanjut.

Penulis: Kawan saya sangat setuju, dirimu semakin hebat dan membuat saya kagum, tetap semangat dan sukses selalu kawan.

Supardi : Oke kawan, sukses juga buat ko’e (kau) di Jakarta.

Sobat sekalian, menjadi guru puluhan tahun tetapi menggunakan cara – cara lama puluhan kali, apakah itu efektif?.

Jawabanya beragam, tergantung sarana dan prasarana maupun SDM yang tersedia. Namun menjadi guru era baru maka kreativitas dan inovasi pada teknologi menjadi suatu hal yang wajib bagi pendidik.

Kesimpulan:

Dari Supardi, guru di Timu Indonesia kita belajar tentang 2 hal.

  1. Mendidik yang paling tepat adalah mengajar melalui contoh, bukan hanya teori.
  2. Setiap zaman memiliki ceritanya sendiri, saat ini kita (guru) diperhadapkan dengan covid 19. Kegiatan belajar dan mengajar dilakukan secara online maka akrab dengan teknologi adalah suatu keharusan.

Demikian cerita inspirasi bersama guru yang menginspirasi, Supardi, S. Pd. Semoga bermanfaat dan mampu menginspirasi para pendidik di mana pun mengabdi.

Salam

Martin Ruma Depores Karakabu

Guru kampung dan blogger newbie.

Posting Komentar untuk "Semua Guru Bisa Mengajar Tetapi Belum Tentu Semua Guru Bisa Mendidik, Wawancara Melalui Facebook"