Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Grace Elisabet Siswi SMA Kanaan Jakarta: “Bicara Supaya Saya Tahu, Jangan Diam Saja”

Grace Elisabet Siswi SMA Kanaan Jakarta: “Bicara Supaya Saya Tahu, Jangan Diam Saja”
Grace Kedua dari Kanaan, Setelah saya (Martin Ruma, admin Gubanesia)
Sobat judul di atas, sepertinya ‘agak aneh’, saya harap sobat sekalian baca sampai selesai supaya tidak gagal paham.


Saya adalah seorang guru kampung yang menerapkan teknik mengajar soften, teknik mengajar jenis ini ada 6 trik yang harus dilakukan oleh seorang guru, jika ingin siswa inovatif dan kreatif.

Berhubung tulisan ini tidak membahas tentang tips mengajar maka guru kampung hanya sekilas saja menjelaskan teknik soften.

Soften adalah teknik dagang yang bisa juga diterapkan dalam dunia pendidikan. Teknik soften ada satu bagian yang disebut open gesture atau bersikap terbuka.  

Yang guru kampung maksud dengan open gesture adalah bersikap terbuka terhadap materi yang yang diajarkan (jika guru salah katakan salah).

Termasuk bersikap terbuka terhadap kritikan murid untuk memperbaiki apa yang kurang dalam mengajar. 

Uraian secara lengkap tentang teknik soften guru kampung tulis dalam postingan yang berjudul 8 cara membuat guru bahagia dan murid senang mengikuti pelajaran di sekolah. 

Silakan lihat melalui postingan tersebut. Sedangkan uraian berikut ini saya hanya menjelaskan tentang murid saya yang bernama Grace ELisabeth.

Menerapkan teknik soften pada seorang Grace Elisabeth siswi kelas XII SMA Kanaan Jakarta ini, sempat membuat saya kaget.
Grace Elisabet Siswi SMA Kanaan Jakarta: “Bicara Supaya Saya Tahu, Jangan Diam Saja”
Grace, Batik Putih Biru (Foto Pertama)
“Kalau memang saya salah, bapak bicara saja”. “Jangan diam-diam karena saya tidak tahu kesalahan saya apa”
Itu kata sobat kita yang satu ini kepada guru kampung, saat guru kampung mengajar di SMA Kanaan Jakarta dan menjadi wali kelasnya.

Gadis hitam manis yang suka baca novel ini menurut guru kampung termasuk anak yang kritis dan apa adanya.

Bukan ada apanya.

Peristiwa itu membuat kaka guru banyak belajar, terutama belajar untuk melihat ke dalam diri.
  • Sudah benarkah ini,
  • Sudah layakkah saya menjadi guru,
  • Anak-anak mengerti atau tidak materi yang saya ajarkan,
Seorang guru hebat sekali pun pastinya bingung dan bisa jadi stres jika muridnya hanya diam.

Hal yang sama berlaku bagi siswa, siswa tidak akan tahu letak kesalahannya dimana jika guru mendiamkan siswa-siswi yang mungkin dianggap telah menyakiti guru tersebut.
Grace Elisabet Siswi SMA Kanaan Jakarta: “Bicara Supaya Saya Tahu, Jangan Diam Saja”
Grace Juara Lomba Debat
Apa yang dilakukan Grace Elisabet membuat saya sadar bahwa kami memiliki karakter yang sama. 
Jika salah maka katakan salahnya di bagian mana?. Itu yang guru kampung harapkan, termasuk tulisan-tulisan dalam blog ini. Hal yang sama diharapkan oleh Grace Elisabeth; 
  1. Tegurlah bila itu salah.
  2. Sampaikanlah bila itu tidak berkenan.
Bukan untuk menyakiti, namun lebih pada memperbaiki agar menjadi lebih baik. Guru kampung maupun Grace Elisabet sadar kalau tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Apabila yang disampaikan tidak sesuai maka mari kita komunikasikan, untuk menemukan kata sepakat yang saling menguntungkan satu sama lain.

Sobat muda, dari sobat kita Grace Elisabet kita seharusnya belajar tentang dua hal.
  1. Komunikasi,
  2. Katakan sejujurnya walau menyakitkan.

Mari kita Bahas satu persatu.

Grace Elisabet Siswi SMA Kanaan Jakarta: “Bicara Supaya Saya Tahu, Jangan Diam Saja”
Batik Merah (Martin Ruma admin Gubanesia)/Foto saat mengajar di Sekolah Kasih Karunia Jakarta
Komunikasi

Kurang lebih 99 % hidup manusia tidak bisa terlepas dari komunikasi.
  • Sebelum tidur (kalau beragama) idealnya berdoa sebagai bentuk komunikasi manusia dengan Tuhan.
  • Tidur dan bermimpi (pada beberapa kasus, bisa dipahami sebagai komunikasi antara alam nyata dan alam bawah sadar yakni melalui mimpi). Itu termasuk komunikasi.
  • Bagun pagi dan berdoa sebagai bentuk ucapan syukur, pada hakekatnya adalah komunikasi dengan Tuhan.
  • Sarapan pagi,
  • Naik kendaran menuju sekolah, kantor, atau tempat kerja,
  • Sampai di sekolah, kantor, atau tempat kerja,
  • dan akhirnya malam pun tiba.
SEMUA ITU ADALAH KOMUNIKASI.
Mana mungkin suatu masalah bisa diatasi jika komunikasi tidak menjadi dasarnya?. Grace Elisabet adalah tipikal siswa yang menginginkan komunikasi yang terbuka. Bicara apa adanya, bukan ada apanya.

Sobat!

Pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari Grace Elisabeth adalah pentingnya komunikasi. Hidup pasti selalu memberikan masalah, masalah dalam hidup bisa diatasi dengan komunikasi dan tentunya ada usaha setelah itu.
Ora et labora, berdoa dan bekerja.

Jujur dan Apa Adanya

Jujur itu sakit, tetapi lebih baik sakit karena jujur; daripada sakit hati karena ketidakjujuran;
  1. Dari orang yang kita cintai,
  2. Dari orang yang kita idolakan, dan
  3. Dari orang yang kita kagumi.
Pelajarannya adalah bicaralah kebenaran walau pun itu menyakitkan karena melalui kejujuran ada cinta yang tulus. Demikian pelajaran hidup dari Grace Elisabeth, siswa kelas XII SMA Kanaan Jakarta. Terima kasih Grace Elisabeth, hadirmu telah menjadi bagian dari perjalanan seorang guru kampung seperti saya.
Martin Ruma Depores Karakabu, hanya seorang guru kampung yang sedang belajar menulis di gubanesia.com 
Jangan lupa baca juga, cerita saya bersama Clara Alverina, teman seangkatan Grace Elisabet di Sekolah Kanaan Jakarta melalui postingan berjudul Mojang Priangan yang Menginspirasi. 

Posting Komentar untuk "Grace Elisabet Siswi SMA Kanaan Jakarta: “Bicara Supaya Saya Tahu, Jangan Diam Saja”"